LAPORAN
PRAKTIKUM
ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
“SISTEM
EKSKRESI”
Oleh :
NAMA : Sylvia Anggraeni
NIM : 1302010103054
KELAS : A
KELOMPOK : 4
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
I.
Judul : Sistem Ekskresi
Topik : Sistem Ekskresi
II.
Tujuan :
Mahasiswa mengetahui
anatomi dan posisi organ-organ sistem ekskresi.
III.
Tinjauan Pustaka
Tubuh
manusia memiliki suatu
sistem untuk mengeluarkan
zat-zat sisa hasil metabolisme tubuh (seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat) yang dinamakan sistem pengeluaran.
Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan sistem pengeluaran ini adalah :
1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa
pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah
mengalami proses metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi
zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus
2. Eksresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa
metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
3. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar
pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna
bagi tubuh dan umumnya mengandung enzim.
4. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari
rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga
yang besar (usus) (Guyton,1996).
Sistem Ekskresi merupakan sistem yang berperan
dalam proses pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun
zat-zat yang membahayakan tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama
berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan
makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan di absorbs oleh darah,
kemdian digunakan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Di
dalam tubuh vertebrata, asam amino yang berlebihan akan dirombak menjadi
ammonia dan di ekskresikan lewat ginjal sebagai senyawa-senyawa ammonium
sulfat, ammonium fosfat, urea asam urat atau trimethylamine, semua zat sisa yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh sebagian akan di keluarkan bersama urin
(Pearce, 2009). Ginjal
merupakan organ tubuh manusia yang sangat
vital. Karena ginjal merupakan salah satu organ perkemihan (ginjal-ureter kandung kemihuretra). Penyakit ginjal dapat meningkatkan risiko
kematian bagipenderita dan dapat juga menjadi pemicu timbulnya penyakit
jantung. Apabila penyakit ginjal bisa dideteksi secara dini, penyakit lain yang menyebabkan
kematian bisa segera dicegah. Karena
ketidaknormalan fungsi ginjal sering kali menggambarkan tahapan awal dari
gejala penyakit jantung (Oktaviana.2012
:1-2). Menurut
Ramdhany et al. (2007:87), ginjal
adalah organ yang terdapat pada daerah lumbal dan termasuk ke dalam bagian dari
sistem urinari.
Fungsi dari ginjal adalah mem-filter darah, mengekskresikan
urin dan mengatur konsentrasi hidrogen, sodium, potasium, fosfat dan ion-ion
lain yang terdapat di dalam cairan ekstrasel.
Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah.Oleh karena itu,
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi.Jika terjadi penyempitan arteri yang menuju kesalah satu ginjal,
maka bisa menyebabkan peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal,
selain itu juga bisa menaikkan tekanan darah. Ginjal mengendalikan
tekanan darah melalui beberapa cara. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah serta mengembalikan tekanan darah ke kondisi normal. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin yang
memicu pembentukan hormon angiotensi yang kemudian akan memicu pelepasan hormon
aldosteron (Asrian, Bahar, B., Kardianti, 2014). Sistem urinari adalah
sistem organ dalam tubuh yang terdiri dari ginjal, vesica urinaria, ureter dan
urethra. Organ-organ tersebut berperan dalam produksi dan ekskresi urin. Organ
utama dari sistem ini adalah ginjal yang memfiltrasi darah dan memproduksi urin
sedangkan organ lainnya hanyalah struktur tambahan untuk menyimpan dan
mengalirkan urin. Sistem urinari memiliki tiga fungsi yaitu: metabolisme,
hormonal dan ekskresi. Sistem urinari bertanggung jawab dalam filtrasi kotoran
dalam darah dan dalam produksi maupun sekresi urin (Ramdhany et al., 2007:87).
Proses pembentukan urin dalam ginjal
dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap filtrasi (penyaringan), tahap
reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran zat) (Pearce,
2009).
· Penyaringan (Filtrasi)
Proses
pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus, sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan,
selain penyaringan di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah
, keeping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan yang kecil
terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerulus atau urin
primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya (Pearce, 2009).
·
Penyerapan kembali reabsorpsi
Bahan-bahan
yang masih diperlukan di dalam urine primer akan di serap kembali di tubulus
kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan
zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat-zat pada tubulus ini melalui dua cara
yaitu gula dan asam amino yang meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air
melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksinal dan
tubulus distal substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan lagi ke darah. Zat ammonia, obat-obatan seperti penisilin,
kelebihan garam dan bahan lain pada filtrate di keluarkan bersama urin,
stelah terjadi reabsorpsi maka tubulus mengasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi, Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolism yang bersifat racun bertambah misalnya urea (Pearce, 2009).
·
Augmentasi
Urin sekunder dari
tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin di bawa ke pelvis
renalis, dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika
urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin
(Pearce, 2009).
Keseimbangan
air bergantung pada regulasi pergerakan zat terlarut antara cairan internal dan
lingkungan eksternal. Sebagian besar pergerakan ini ditangani oleh sistem
eksresi. Sistem-sistem ini penting untuk homeostasis karena membuang zat-zat
buangan metabolik dan mengontrol komposisi cairan tubuh. Berbagai spesies
menghasilkan zat buangan cair yang disebut urin. Pada langkah pertama, cairan
tubuh (darah, cairan selom, atau hemolimfe) bersentuhan dengan membran
permeable selektif dari epitelium transport. Pada sebagian kasus, tekanan
hidrostatik mendorong suatu proses filtrasi (filtration). Sel-sel, seperti protein dan molekul-molekul besar
yang lain, tidak dapat melintasi membran epitel dan tetap berada di dalam
cairan tubuh. Sebaliknya, air dan zat-zat terlarut yang kecil, seperti garam,
gula, asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen, melintasi membran tersebut,
membentuk suatu cairan yang disebut filtrat (filtrate) (Campbell, 2010:124).
Filtrat
dikonversi menjadi cairan buangan melalui transport spesifik material ke dalam
atau ke luar filtrat. Proses reabsorpsi (reabsorption)
selektif memulihkan molekul-molekul yang berguna dan air dari filtrat dan
mengembalikannnya ke cairan tubuh. Zat terlarut yang berharga - termasuk
glukosa, garam-garam tertentu, vitamin, hormon, dan asam amino - direabsorpsi
melalui transport aktif. Zat terlarut nonesensial dan zat buangan ditinggalkan
di dalam filtrat atau ditambahkan ke cairan tersebut melalui sekresi (secretion) selektif, yang terjadi
melalui transport aktif. Pemompaan berbagai zat terlarut itu menyesuaikan
pergerakan osmotic air ke dalam atau ke luar filtrat. Pada langkah akhir -
ekskresi - filtrat yang telah diproses akan dilepaskan dari tubuh sebagai urin
(Campbell, 2010:124).
Kulit merupakan salah
satu organik terbesar dari tubuh di mana kulit membentuk 15% dari berat badan
keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi yang besar, misalnya jika kulit
terluka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan
ikat akan mengalami regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi
jaringan ikat yang beregenerasi sehingga terbentuk jaringan parut yang pada
mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya
berubah menjadi serabut.
kolagen
keputihan yang terlihat melalui epitel. Kulit menutupi dan melindungi permukaan
tubuh dan bersambung dengan selaput lender yang melapisi rongga yang berfungsi
sebagai pelindung, peraba atau alat komunikasi, dan alat pengatur panas
(Setiadi, 2007:25-27). Air
merupakan pelarut yang sangat baik dan mempertahankan komposisi kimia yang
seimbang dalam metabolisme sel. Air merupakan komponen utama dalam darah, yang
berfungsi sebagai media transpor, membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan,
mengeluarkan karbondioksida dan metabolit dari jaringan. Darah juga membawa
antibodi dan sel darah putih untuk melindungi sel dari penyakit. Air juga
berperan penting dalam regulasi suhu tubuh, melalui berbagai jalan. Pertama,
darah akan membawa panas dari jaringan atau organ yang bekerja menuju ke vena
superfisial untuk mentransper panas tubuh ke kulit yang selanjutnya dilepas ke
lingkungan melalui proses radiasi, konveksi dan konduksi. Kedua, Pengeluaran
panas juga dapat ditingkatkan melalui evaporasi air dari respirasi (Hall, 1983
dalam Anthara, 2011: 26-27).
Pernapasan
(respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida
seagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Proses pengambilan
oksigen dan pembebas karbondioksida di kanan sebagai respirasi atau sebagai
(pernapasan). Istilah pernapasan berlaku untuk kalsium secara keseluruhan
maupun proses yang terjadi di dalam sel. Hewan yang mengambil O2 dari medium ke
mana dia hidup dan memberikan CO2 ke medium tersebut. Banyak hewan kecil dapat
mengambil cukup O2 melalui pemilikan tubuhnya, tapi kebanyakan hewan memiliki
organ respiratori khusus atau pengambilan O2. Perpindahan O2 dan CO2 melintasi
permukaan tubuh maupun organ respirasi adalah melalui proses difusi (Syaifuddin,2006:192) Paru-paru berada di dalam
rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang
rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki
tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.Paru-paru sebenarnya
merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut
selaput pleura. Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa
paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan
karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen,
sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh
yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung (Syaifuddin, 2006:
192).Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat golongan: (1) vantilasi
paru-paru, yang berarti pemasukan dan pengeluaran udara di atmosfir dan
alveolus paru-paru, (2) difusi oksigen dan karbon dioksida di antara alveolus
dan darah, (3)
transpor oksigen dan karbon dioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke sel dan
dari sel, dan (4) pengaturan ventilsai dan segi respirasi lainnya (Guyton. 1996 : 343)
Hati (hepar) merupakan
organ yang paling besar di dalam tubuh, warnanya coklat dan beratnya 1500 kg.
Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma.
Hepar terletak di quadran kanan atas abdomen, di bawah diafragma dan
terlindungi oleh tulang rusuk (costae),
sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima
darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi
tetapi kaya akan nutrient vena porta hepatica (Setiadi,2007:77). Hati berfungsi sebagai
penhgstur keseimbangan nutrien dalam darah dan sebagai organ yang menyekresikan
empedu. Hepar juga berperan dalam pembuangan sampah metabolisme. Kelainan pada
hepar akan mengakibatkan hepar tidak mempu untuk membuang sisa nitrogen. Asam
amino,yang akan digunakan sebagai energi,harus mengalami proses deaminasi
dengan dibuangnya gugus amin (NH3) yang merupakan nitrogen. NH3 ini tidak bisa
begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus di proses dulu di hepar menjadi
ureum, urea. Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui keringat dan ginjal
(urine) (Guyton, 1996: 343). Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati,
dilakukan oleh hepatosit.
Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ
buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa
fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini
masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati. Sebagai
kelenjar, hati menghasilkan: Empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu
merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah
merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau
diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam
mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna
untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase,membantu daya absorpsi lemak di usus,
dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi
zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di
hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah
sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan
menderita penyakit kuning. Sebagian
besar asam amino, Faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI , Protein C, protein S dan anti-trombin Kalsidiol. Trigliserida melalui lintasan lipogenesis,Kolesterol,Insulin-like growth
factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang berperan penting
dalampertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa. Enzim arginase yang mengubah arginina menjadi
ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH³ dan CO² yang
bersifat racun. Trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang
mengendalikan produksi keping darah oleh
sumsum tulang belakang. Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati
merupakan organ utama sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum
tulang belakang mampu mengambil alih tugas ini. Albumin,komponen osmolar
utama pada plasma darah. Angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk
meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang
disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular apparatus. Enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat piruvat transferase dan
laktat dehidrogenase (Putri, Mustafidah H.,2011:143).
I.
Metode
Praktikum
4.1
Alat
·
Model manusia
Torso sistem ekskresi
·
-
4.3
Cara
kerja
|
|||
II.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan membahas mengenai
sistem ekskresi dengan tujuan untuk mengetahui anatomi dan posisi organ-organ
sistem ekskresi. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik
berupa zat cair dan zat gas. Alat yang diperlukan untuk mengetahui anatomi dan
posisi organ-organ sistem ekskresi adalah model manusia. Langkah-langkah dalam
praktikum kali ini yaitu model manusia diambil dan disiapkan terlebih dahulu.
Kemudian model manusia tersebut diamati dan ditentukan organ mana saja yang
merupakan organ sistem ekskresi. Pada pengamatan terdapat empat organ sistem
ekskresi yang dijelaskan yaitu kulit, paru-paru, ginjal dan hati. Lalu struktur
dari masing-masing organ tersebut digambar dan diberi keterengan. Manusia dalam melakukan aktifitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tentu menghasilkan sampah atau limbah. Sampah atau
limbah ini merupakan sisa yang harus dibuang agar tidak mengganggu. Demikian
pula yang terjadi pada mahluk hidup, semua mahluk hidup bisa mengeluarkan
limbah mulai dari hewan yang bersel satu sampai hewan tingkat tinggi, bahkan
manusia. Dalam proses pengeluaran limbah pada mahluk hidup memerlukan sebuah
system yang disebut system ekskresi. System ekskresi yang dimiliki setiap
mahluk hidup berbeda-beda sesuai dengan tingkatan dan konveksitas mahluk hidup.
System ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat hasi metabolisme sel
yang sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dikeluarkan bersama urine, keringat,
atau udara pernapasan. Pada system ekskresi manusia,sisa-sisa metabolisme dapat
diserap oleh darah kemudian diproses dan akhirnya dikeluarkan lewat alat-alat
ekskresi. Melakukan ekskresi adalah salah satu ciri makhluk hidup, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pada tubuh kita, proses ekskresi dilakukan
oleh organ-organ khusus. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh. Salah satu bentuk ekskresi
adalah buang air kecil, hasil buangan itu antara lain berupa urin. Akan tetapi,
sebenarnya hasil buangan tidak hanya berupa urin saja. Zat buangan lainnya
dapat berupa keringat,
gas karbon dioksida, zat warna empedu. Zat-zat
sisa metabolisme merupakan zat sampah yang harus dibuang dari tubuh. Zat-zat
itu antara lain:
1. urin
dikeluarkan oleh ginjal,
2. keringat
dikeluarkan oleh kelenjar keringat melalui kulit,
3. karbon
dioksida dikeluarkan oleh paru-paru, dan
4. empedu
dikeluarkan oleh hati.
Proses yang terjadi pada masing-masing organ
akan dijabarkan sebagai berikut:
5.1 Kulit
Kulit
merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan.
Kulit yang elastik dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium,
kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa.
Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan
badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala. Kulit terdiri dari
lapisan luar yang disebut epidermis, lapisan tengah atau dermis, dan lapisan
dalam atau hipodermis. Pada epidermis lapisan luar yang terus berganti, tidak
terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel.
Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi
membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan
germinativum terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang
menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan
granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin
menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga
merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan lapisan keempat
(lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum.Tipe rasa dan
jenis reseptor pada kulit antara lain:
a. Nyeri,
Reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh jaringan
baik di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam terdapat pada Ujung saraf
Ruffini.
b. Reseptor
panas dan dingin (Thermoreseptor) untuk rangsangan rasa dingin terletak pada
ujung saraf Merkel dan untuk merasakan panas terdapat pada ujung saraf Krausse.
c. Sentuhan,
Reseptornya berupa korpus Meissner, dan ujung saraf yang melingkari akar
rambut, yang semuanya terdapat di dekat permukaan kulit.
d. Tekanan
(Monoreseptor), Reseptor tekanan adalah korpus Paccini. Pada bibir, ujung jari,
ujung lidah, dan alat kelamin mengandung banyak sekali serabut saraf sensorik.
Sehingga ujung jari dapat digunakan untuk membedakan halus dan kasarnya suatu
bahan atau dapat digunakan untuk membaca huruf braile bagi penderita tuna
netra.
Dalam mekanisme penerimaannya, suatu rangsangan
pertama kali diterima oleh serabut saraf afferens (akseptor) yang terdapat pada
permukaan organ penerima rangsang (alat indera) dalam bentuk aliran listrik.
Lalu aliran listrik tersebut diteruskan oleh sel-sel saraf ke medulla spinalis
(sumsum tulang belakang) lalu ke otak dan diolah sehingga dapat direspon oleh
organ yang dihantarkan melalui serabut efferent sehingga menjadi suatu gerakan
atau respon yang lainnya. Jika suatu rangsangan tersebut seperti panas, nyeri
atau yang lainnya, maka aliran listrik rangsang tidak diteruskan ke otak oleh
medulla spinalis melainkan langsung diteruskan ke organ perespon (reseptor).
Hal ini terjadi terus menerus jika sel-sel saraf menerima suatu rangsangan
sampai organ mencapai batas ambang sehingga terjadi potensial aksi.
Telapak tangan memiliki lapisan yang lebih
tebal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Lapisan yang tebal tersebut
akan menyebabkan rangsangan yang diperoleh akan sulit untuk dihantarkan. Hal
tersebut dikarenakan saraf-saraf yang berada di bawah lapisan kulit kurang
menjangkau adanya rangsang. Semakin tebal lapisan kulit maka akan semakin sulit
bagi saraf-saraf yang berada di bawah lapisan kulit untuk menerima rangsangan.
Oleh karena itu lapisan kulit di telapak tangan kurang sensitif dibandingkan
dengan lapisan kulit belakang/punggung tangan. Pada lapisan kulit tersebut
lebih tipis sehingga rangsangan yang diperoleh akan lebih cepat diterima dengan
mudah oleh sistem saraf yang ada di bawah lapisan kulit tersebut. Sehingga
apabila ingin menguji seseorang yang terkena demam, kita cenderung menggunakan
belakang/punggung tangan dari pada telapak tangan.
Proses pengeluaran keringat diatur oleh
hipotalamus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang
bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapat
rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan
tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah
dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Rangsangan
area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik maupun panas
yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat. Impuls dari area yang menyebabkan
berkeringat ini dihantarkan melalui jaras saraf otonom ke medulla spinalis dan
kemudian melalui jaras saraf simpatis mengalir ke kulit di seluruh tubuh.
Kelenjar keringat dipersarafi oleh saraf-saraf kolinergik tetapi juga dapat dirangsang
di beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersikulasi dalam
darah. Hal ini penting pada saat berolahraga, saat hormon ini dihasilkan oleh
kelenjar adrenal dan tubuh perlu melepaskan panas yang berlebihan yang
dihasilkan oleh otot yang aktif.
Beberapa faktor yang dapat memacu pengeluaran
keringat antara lain peningkatan aktifitas tubuh, peningkatan suhu lingkungan
dan goncangan emosi. Emosi akan merangsang saraf simpatis untuk memperkecil
pengeluaran keringat, dengan cara mempersempit pembulu dara, pengeluaran
keringat yang berlebihan, misalnya karena terik matahari atau kegiatan tubuh
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya lapar garam. Kekurangan kadar
garam darah dapat mengakibatkan kekejangan dan pingsan.
5.2 HATI
Hati mempunyai berat sekitar 1.5 kg. Walaupun
berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30%
pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang
jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier.
Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di
kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.
Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar
difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium
kecuali di daerah posterior-posterior yang berdekatan dengan vena cava inferior
dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Hati terdiri dari dua bagian utama yaitu lobus
kiri dan lobus kanan. Namun, jika dilihat lebih lanjut, maka hati dibagi
menjadi empat bagian dengan tambahan lobus caudate dan lobus quadrate. Di dalam
hati berisi sel protoplasma yang mengandung beberapa enzim. Sel ini disebut
hepatosit yang bersifat polyhedral dan memiliki inti. Setiap sel dipisahkan
oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah yang memenuhi hati. Pembuluh
darah memiliki percabangan yang disebut sinusoid. Hepatosit dipisahkan oleh
kanalikuli yang merupakan tempat penghasil empedu. Beberapa kanalikuli
membentuk pembuluh empedu dan mengangkut empedu menuju kantong empedu. Kantong
empedu terletak di bagian bawah hati. Segitiga (trigonum) Kiernan merupakan
bentukan segitiga yang terdapat diantara tiga lobi yang padanya terdapat arteri
interlobaris, vena interlobaris, ductus biliverus. Pada segitiga/trigonum
kiernan ini terdapat cabang arteri hepatica, cabang vena porta, cabang duktus
biliaris, dan kapiler lymphe.Pada bagian luarnya hati
dibungkus oleh jaringan ikat padat yang disebut capsula hepatica.
Tiap-tiap lobus hepar dibagi lagi menjadi sejumlah lobulus (unit hepar) yang
berbentuk polygonal (limas segi-6 atau bersegi-5 yang masing-masing dipisahkan
oleh percabangan dari capsula hepatica yang disebut dengan capsula glisson.
Daerah perbatasan 3-4 lobulus disebut dengan segitiga Kiernan. Pada
jaringan ikat ini terdapat 3 pembuluh yaitu:
1. Cabang
dari arteria hepatica
2. Cabang
dari vena porta
3. Cabang
dari pembuluh empedu.
Fungsi hati yaitu:
1. Fungsi
hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan,
perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama
lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi
glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam
hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan
glikogen menjadi glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati
merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa
melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan
pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari
nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon
(3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
2. Fungsi
hati sebagai metabolisme lemak
Hati
tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis
asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen:
a. 1.Senyawa
4 karbon – KETON BODIES
b. 2.Senyawa
2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
c. 3.Pembentukan
cholesterol
d. 4.Pembentukan
dan pemecahan fosfolipid
Hati
merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.
Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
3. Fungsi
hati sebagai metabolisme protein
Hati
mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati
juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses
transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati
merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan
organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂
- globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang
β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung ± 584 asam amino
dengan BM 66.000.
4. Fungsi
hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati
merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX,
X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah - yang beraksi adalah faktor
ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung - yang beraksi adalah faktor
intrinsik. Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan
faktor XIII, sedangakan Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan
beberapa faktor koagulasi.
5. Fungsi
hati sebagai metabolisme vitamin
Semua
vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K.
6. Fungsi
hati sebagai detoksikasi
Hati
adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam
bahan seperti zat racun, obat over dosis.
7. Fungsi
hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel
kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui
proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin
sebagai imun livers mechanism.
8. Fungsi
hemodinamik
Hati
menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/
menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam arteri hepatica
± 25% dan di dalam vena porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran
darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan
hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.
Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
Sebagai alat ekskresi hati (hepar)
mengeluarkan empedu 1/2 liter setiap hari. Empedu berupa cairan kehijauan,
rasanya pahit, pH sekitar 7-7,6. mengandung kolesterol, garam-garam mineral,
garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut bilirubin dan
biliverdin. Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong empedu
(vasica velen) dan dikeluarkan keusus halus untuk membantu system pencernaan,
misalnya
a. Mencernakan
lemak
b. Mengaktifkan
lipase
c. Mengubah
zat yang tak larut air menjadi zat yang dapat larut dalam air
d. Membantu
daya absorbsi lemak pada dinding usus.
Hati dapat menghasilkan enzim arginase. Di mana
enzim arginase tersebut merupakan enzim yang berperan dalam proses penguraian
asam amino. Prosesnya dinamakan deaminasi atau lepasnya gugus NH2.
Dari asam amino, NH3, dari sel dikeluarkan ke aliran darah. NH3
darah bersifat racun. Asam amino kemudian diuraikan dimana asam amino yang
diuraikan yaitu asam amino arginin menjadi ornitin dan urea. Ornitin akan
mengikat amonia dan karbondioksida yang bersifat racun. Selanjutnya ornitin
akan dinetralkan dalam hati. Adapun urea akan diserap ginjal untuk dikeluarkan
bersama urine.
Kurang lebih satu juta sel darah merah
yang telah tua dan rusak dirombak dalam hati oleh sel-sel khusus yang disebut
histiosit. Hemoglobin sel darah merah dipecah menjadi zat besi, globin dan
hemin zat besi diambil dan disimpan dalam hati untuk dikembalikan ke sum-sum
tulang. Globumin digunakan lagi untuk metabolisme protein/ untuk membentuk Hb
baru, sedangkan hemin diubah menjadi zat warna empedu yang berwarna hijau biru.
Jika pembuluh empedu tersumbat, misalnya oleh kolesterol yang mengendap dan
membentuk batu empedu, maka warna veses akan menjadi coklat atau abu-abu
sedangkan darah akan berwarna kekunig-kuningan karena empedu masuk keperedaran
darah (disebut penyakit kuning).
Namun, hati bisa mengalami suatu kegagalan
dalam menjalankan kerjanya. Salah satu kegagalan hati menimbulkan suatu
penyakit yang dapat kronis, seperti sirosis hati. Sirosis adalah suatu kondisi
di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis)
yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur
normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati
sehingga hati secara bertahap kehilangan fungsinya. Adapun faktor-faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini yaitu:
a. Infeksi
kronis virus hepatitis B dan hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh
biasanya membuat antibodi untuk menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya.
Pada hepatitis autoimun, sistem kekebalan tubuh membuat antibodi terhadap
sel-sel hati yang dapat menyebabkan kerusakan dan sirosis.
b. Penyakit
yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga tekanan darah terhambat
dan merusak sel-sel hati. Sebagai contoh, sirosis bilier primer, primary
sclerosing, dan masalah bawaan pada saluran empedu.
c. Non-alcohol
steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak menumpuk di hati
sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan berat badan
(obesitas) meningkatkan risiko Anda mengembangkan non-alcohol steato-hepatitis.
d. Reaksi
parah terhadap obat tertentu dan beberapa racun dan polusi lingkungan, serta
infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit.
e. Gagal
jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan kemacetan di hati
dan beberapa penyakit warisan langka yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel
hati, seperti hemokromatosis (kondisi yang menyebabkan timbunan abnormal zat
besi di hati dan bagian lain tubuh) dan penyakit Wilson (kondisi yang
menyebabkan penumpukan abnormal zat tembaga di hati dan bagian lain tubuh).
5.3 Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada
(mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut
dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620
gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta
struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru
disebut pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pleura
visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.
b. Pleura
parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga
(kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa
udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari
gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas. Paru-paru
kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gelambir
(lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius),
dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua
gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru
kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan
lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu
lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan
saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus,
bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat pertukaran
udara di dalam darah, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah. Ukurannya bervariasi,
tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks,
ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I
berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk
pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta
dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang
melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.
Eksret dari paru-paru adalah CO2 dan
H2O, Pada prinsipnya CO2 diangkut melalui dua cara yakni
melalui plasma darah dan diangkut dalam bentuk HCO3, (30%) melalui
proses yang berantai disebut pertukaran klorida. Mekanisme
pertukaran klorida sebagai berikut, darah pada alveolus paru-paru mengikat O2
dan mengangkutnya kedalam sel-sel jaringan. Dalam jaringan darah mengikat CO2
untuk dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk Uap Air.
Reaksinya sebagai berikut :
CO 2 + H 2 O
|
H 2 CO 3
|
-
|
+ H
|
+
|
|
HCO 3
|
|||||
Ion H yang brsifat Racun, diikat oleh
hemoglobin, sedang HCO3-, keluar dari sel darah merah masuk kedalam
plasma darah sementara itu kedudukan HCO3, digantikan oleh ion Cl-,
(Clorida) Dari plasma darah.
Bentuk
dari pernafasan secara garis besar dibagi 2 bagian yaitu (Setiadi, 2007:52 54)
1. Proses
pernafasan pulmonal atau paru-paru (external)
Ventilasi pulmoner atau gerak pernafasan yang
menukar udara dalam alveoli dengan udara luar, apabila ventilasi kurang baik
maka pernafasan tidak baik atau terganggu. Jumlah udara yang mencapai alveoli
pada volume pernafasan semenit 6 liter adalah 150 ml kali 12 pernafasan/menit
atau 4,2 lietr/menit. Pernafasan yang cepat dan dangkal mengakibatkan ventilasi
yang lebih sedikit dari pada pernafasan lambat dan dalam pada volume pernafasan
semenit yang sama. Semua proses ini diatur sehingga darah dari paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Jika gerak badan lebih
banyak darah dari paru-paru membawa banyak CO2 dan sentrasinya dalam
darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan vertilasi yang baik
akan mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
2. Pernafasan
jaringan (Internal)
Ikatan O2 + Hb dari jantung dipompa
keseluruh tubuh. Tiap sel mengambil O2 untuk proses metabolisme dan
darah menerima hasil buangan CO2 dari jantung dan paru keluar. Darah
merah (Hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam
jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan O2 ke dalam
jaringan, mengambil CO2 untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru
terjadi pernafasan eksterna.
Mekanisme
pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu (Setiadi, 2007:49-52):
a. Kendali
kimiawi
Faktor kimiawi adalah faktor utama dalam
pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dalamnya gerakan pernafasan.
Pusat pernafasan di sumsum sangat peka pada reaksi kimia. Karbondioksida adalah
produk asam dari metabolisme, yang merangsang pusat pernafasan untuk mengirim
keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan. Latihan menyebabkan
peningkatan pada jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh kerja otot-otot.
Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah, atau peningkatan konsentrasi ion
hydrogen (H) darah, mempunyai efek kuat yang langsung pada neuron-neuron
susunan reticular yang menyebabkan peningkatan kecepatan dan kedalaman
pernafasan dengan peningkatan ekskresi karbondioksida.
Pusat
pengendalian ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan kadar oksigen,
karbondioksida dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis
dan menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi
-
Kemoreseptor sentral
Yaitu neuron yang terleteak di permukaan
ventral lateral medulla. Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri
dan cairan serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman
respirasi. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor
sentral.
-
Kemoreseptor perifer
Terletak di badan aorta dan carotid dalam
sistem arteri. Kemoreseptor ini merespon terhadap perubahan konsentrasi ion
oksigen, karbondioksida dan ion hydrogen.
b. Pengendalian
oleh saraf
Pernafasan dikendalikan oleh sel-sel saraf
dalam susunan retikularis di batang, terutama pada medulla. Sel-sel ini
mengirim impuls menuruni medulla spinals, kemudian melalui saraf frenkus ke
diafragma, dan melalui saraf-saraf interkostalis ke otot-otot interkostalis.
Jadi pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medulla oblongata
yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan impuls eferen yang
dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, yang diantarkan oleh saraf vagus ke
pusat pernafasan di dalam medulla. Susunan retikularis mempunyai pola aktivitas
saraf dengan irama teratur yang mempertahankan aktivitas berirama dari
otot-otot ini. Irama ini dilengkapi dengan Hering-Breuer yaitu
reseptor-reseptor yang regang yang terdapat pada perenkhim paru-paru yang
memancarkan rangsangan ke medulla oblongata melalui vagus, pengembangan
paru-paru yang cepat menghambat rangsang respirasi. Reseptor regangan di
jaringan paru mengirim impuls-impuls melalui nervus vagus ke batang otak impuls
ini menghambat inspirasi saat paru-paru dikembangkan, dan merangsang inspirasi
bila paru dikempeskan. Selain nyeri, dan impuls saraf dari gerakan anggota
badan, menyebabkan peningkatan pada kecepatan dan kedalaman pernafasan, karena
kerjanya pada susunan reticular.
Beberapa faktor tertentu merangsang pusat
pernafasan yang terletak di dalam medulla oblongata, dan kalau dirangsang maka
pusat itu akan mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot
pernafasan yaitu diafragma dan otot interkostalis. Rangsang ritmis (berirama)
pada medulla oblongata menimbulkan pernafasan otomatis. Darah medulla oblongata
yang berhubungan dengan pernafasan secara klasik dinamakan pusat pernafasan.
Ada 2 kelompok neuron pernafasan, kelompok social yang dekat dengan nukleus
traktus solitaries adalah sumber irama yang mengendalikan neuron motoris
phrenieus kontralateral. Neuron-neuron ini juga memproyeksikan diri dan
mengendalikan golongan ventral. Golongan ini mempunyai 2 bagian, bagian kranial
dibentuk oleh neuron-neuron nukleus ambigus yang mempersarafi otot-otot
pembantu pernafasan ipsilateral, pada hakekatnya melalui nervus vagus. Bagian
caudal dibentuk oleh neurpn-neuron dalam nukleus retroaambigualis yang
menyelenggarakan pengendalian inspirasi dan ekspirasi ke neuron-neuron motoris
yang mempersarafi interkostalis. Pernafasan yang spontan ditimbulkan oleh
rangsang yang ritmis neuron motoris yang mempersarafi otot-otot pernafasan.
Rangsang ini secara keseluruhan tergantung pada impuls-impuls saraf otak.
5.4 Ginjal (Ren)
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk
seperti kacang buncis berwarna coklat agak kemerahan, panjangnya sekitar 12,5
cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal
memiliki berat antara 125 – 175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada
perempuan. Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum
rongga abdomen atas. Tiap tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di
atasnya. Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2 cm dari
ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Jaringan ikat pembungkus setiap ginjal
ada 3 yaitu:
a. Fasia
renal, adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada
struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b. Lemak
perirenal, adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini
membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c. Kapsul
fibrosa (Ginjal), adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus
ginjal dan dengan dapat mudah di lepas.
Struktur
internal ginjal meliputi:
a. Hilus
(hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
b. Sinus
Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk
perlebatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf
dan limpatik.
c. Pelvis
Ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini perlanjut menjadi 2-3
kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada
ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8-18) kaliks minor.
d. Parenkin
Ginjal, adalah jaringan ginjal yang menyeubungi struktur sinus ginjal. Jaringan
ini terbagi menjadi medula dalam dan korteks luar.
a. Medula
terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang
sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minur dan
di tembus mulut duktus pengumpul urine.
b. Korteks
tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural
dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida
medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari
tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.
e. Ginjal
terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida
ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.
Saluran structural dan fungsional ginjal
yang terkecil disebut nefron. Tiap nefron terdiri atas badan malpighi yang
tersusun dari kapsul bowman, glomerulus yang terdapat dibagian korteks, serta
tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus proksimal, tubulus kontertus distal,
tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat dibagian medulla. Lengkung henle
ialah bagian saluran ginjal yang melengkung pada daerah medulla dan berhubungan
dengan tubulus proksimal maupun tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa
panjang seluruh tubulus kurang lebih 7,5 sampai 15 km. Ginjal dilindungi oleh
lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang menyerupai darah. Ginjal
mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan dipisahkan dari
darah dan diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen hasil
pemecahan asam amino dan asam nukleat.
Pembentukan urine terjadi melalui tiga proses,
yaitu penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi), dan pengeluaran
zat (augmentasi).
Penyaringan (Filtrasi)
Proses
pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus, sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan,
selain penyaringan di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah
, keeping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan yang kecil
terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerulus atau urin
primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium,
dan garam-garam lain, Zat-zat yang ada di dalam darah mengandung zat yang
bermanfaat dan zat sisa yang beracun. Zat-zat yang masih dapat dipakai atau
dimanfaatkan kembali akan diserap oleh tubuh melalui pembuluh darah di ginjal.
Adapun zat-zat sisa yang beracun harus segera dikeluarkan dari tubuh. Zat-zat
yang berguna dan zat-zat beracun dipisahkan melalui proses penyaringan. Proses
penyaringan darah terjadi di dalam badan Malpighi, khususnya glomerulus, yang
terdapat di bagian kulit ginjal. Darah masuk ke ginjal melalui arteri ginjal,
këmudian menuju ke glomerulus untuk disaring. Hasil penyaringan darah oleh
glomerulus ini berupa filtrat glomerulus. Selanjutnya, filtrat masuk ke dalam
kapsula Bowman dan disebut urine primer.Molekul-molekul yang besar seperti
protein dan sel-sel darah tidak dapat melewati glomerulus. Jadi, filtrat
glomerulus hanya mengandung zat gula, air, garam-garam mineral, dan asam amino
yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Filtrat glomerulus kemudian dialirkan melalui
tubulus-tubulus di dalam sumsum ginjal. Di sepanjang tubulus (saluran), terjadi
penyerapan kembali (reabsorpsi) zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh.
Pembuluh-pembuluh kapiler di dinding tubulus menyerap zat gula, asam amino, dan
garam-garam mineral dalam bentuk ion-ion anorganik untuk dibawa masuk ke aliran
darah. Zat-zat yang tidak terserap ke dalam darah disebut filtrat tubulus atau
urine sekunder. .
Penyerapan
kembali (Reabsorpsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam
urine primer akan di serap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di
tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat-zat
pada tubulus ini melalui dua cara yaitu gula dan asam amino yang meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan
air terjadi pada tubulus proksinal dan tubulus distal substansi yang masih
diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan lagi ke darah. Zat
ammonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada
filtrate di keluarkan bersama urin, stelah terjadi reabsorpsi maka tubulus
mengasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan
lagi, Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun
bertambah misalnya urea
Augmentasi
Urin sekunder dari tubulus kontortus
distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih
terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin di bawa ke pelvis renalis, dari
pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin.
Jadi singkatnya, Filtrat
tubulus kemudian terus mengalir di sepanjang tubulus dan bergabung dengan
zat-zat sisa yang lain menuju ke tubulus distal. Di dalam tubulus distal
terjadilah proses augmentasi. Setelah menjalani proses tersebut, terbentuklah
urine Sesungguhnya yang dikumpulkan melalui tubula kolekta untuk dialirkan
menuju rongga ginjal. Dan rongga ginjal, urine dialirkan melalui ureter menuju
ke kantong kemih (vesica urinaria). Pada pangkal kantong kemih terdapat otot
melingkar (sfingter). Jika kantong kemih penuh, otot melingkar tersebut
tertekan dan merenggang. Merenggangnya otot lingkar pada pangkal kantong kemih
menimbulkan rangsangan berupa keinginan buang air kecil. Selanjutnya, urine
dibuang ke luar tubuh melalui uretra. Setelah mengalami proses filtrasi,
reabsorpsi, dan augmentasi terbentuklah urine yang mengandung zat-zat sisa dan
zat-zat berlebih yang sudah tidak digunakan tubuh.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengeluaran urine yaitu:
1)
Hormon Antidiuretik
Hormon
antidiuretik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofisis. Pengeluaran hormon ini
ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus-menerus
mengendalikan tekanan osmotik darah. Oleh karena itu, hormon ini akan
memengaruhi proses readsorpsi air pada tubulus kontortus distal sehingga
permeabilitas sel terhadap air akan meningkat.
Pada
saat tubuh kekurangan cairan, konsentrasi air dalam darah akan menurun.
Akibatnya, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah menunju ginjal. ADH
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan permeabilitas saluran
pengumpul. Dengan demikian, air akan berdifusi keluar dari pipa pengumpul, lalu
masuk ke dalam darah. Keadaan tersebut dapat memulihkan konsentrasi air dalam
darah. Akibatnya, urine yang dihasilkan lebih sedikit dan pekat.
2) Hormon
Insulin
Hormon
insulin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh pulau-pulau langerhans yang
berada di pankreas yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah di dalam
darah. Penderita diabetus militus memiliki kadar gula darah yang tinggi di
darah dikarenakan hormon insulin yang dihasilkan rendah. Fungsi hormon insulin
adalah mengendalikan kadar gula darah di dalam darah dengan mengubahnya menjadi
glikogen yang disimpan di hati.
3) Usia
Anak
balita lebih sering mengeluarkan urine. Hal ini karena anak balita belum bisa
mengendalikan rangsangan untuk mikturasi. Mikturasi adalah proses pengeluaran urine dari dalam tubuh.
Jika di dalam kandung kemih tersimpan urine sekitar 200–300 ml, akan timbul refleks
rasa ingin buang air kecil. Proses mikturasi ini dimulai dari
ginjal–ureter–kandung kemih–uretra.
Selain
itu, anak balita juga mengonsumsi lebih banyak makanan yang berwujud cairan
sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak. Sementara itu, pengeluaran urine
pada lansia akan lebih sedikit. Hal ini karena setelah usia 40 tahun, jumlah
nefron yang berfungsi akan menurun kira-kira 10% setiap tahun. Kondisi ini akan
mengurangi kemampuan ginjal dalam memproses pengeluaran urine.
4) Gaya
Hidup dan Aktivitas
Seseorang
yang sering berolahraga urine yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih
pekat. Hal ini karena cairan tubuh lebih banyak digunakan untuk membentuk
energi. Oleh karena itu, cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk
keringat.
5)
Kondisi Kesehatan
Seseorang
yang sehat produksi urinenya berbeda dengan orang yang sakit. Orang yang sedang
sakit bisa mengeluarkan urine lebih banyak ataupun lebih sedikit tergantung
pada jenis penyakit yang dideritanya.
6)
Psikologis
Orang
yang sedang cemas, aktivitas metabolismenya akan lebih cepat sehingga akan
lebih sering mengeluarkan urine.
7) Cuaca
Apabila
cuaca panas, cairan tubuh lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat. Jika
cuaca dingin cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urine.
8)
Jumlah Air yang Diminum
Apabila
mengonsumsi banyak air minum, konsentrasi protein dalam darah akan menurun.
Kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya tekanan koloid protein sehingga
tekanan filtrasi kurang efektif. Akibatnya, volume urine yang diproduksi akan
meningkat.
9) Minuman
alkohol dan kafein
Alkohol
dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang banyak minum
alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.
10) Kelainan
pada Ginjal
Pada
uraian di depan telah dijelaskan bahwa ekskresi penting dilakukan oleh tubuh
kita. Akan tetapi, akibat faktor-faktor tertentu, proses ekskresi pada ginjal
dapat mengalami gangguan
Penutup
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa:
sistem eksreksi pada manusia terdiri dari
kulit, Hati, Paru-paru dan Ginjal. Kulit merupakan organ tubuh paling luar.
Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit
terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis, lapisan tengah atau dermis,
dan lapisan dalam atau hipodermis. Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari
bagian dalam ke bagian luar adalah stratum germinativum berfungsi membentuk
lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum
terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit
menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya
menghasilkan pigmen hitam (melanin).
Hati terdiri dari dua bagian utama yaitu lobus
kiri dan lobus kanan. Namun, hati dibagi menjadi empat bagian dengan tambahan
lobus caudate dan lobus quadrate. Kantong empedu terletak di bagian bawah hati.
Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di
kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.
Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada
(mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut
dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620
gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Selaput yang membungkus
paru-paru disebut pleura.Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru
kiri dan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus
superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inferior).
Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus
superior) dan gelambir bawah (lobus inferior).
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk
seperti kacang merah keunguan, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm
(kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125
– 175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada perempuan. Struktur internal ginjal
meliputi hilus (hilum), sinus ginjal, pelvis ginjal, parenkin ginjal, medulla, korteks
dan lobus ginjal. Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding
abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini
merupakan organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan
peritoneum rongga abdomen atas Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi
1,5 sampai 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati
1.2
Saran
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan praktikan menyarankan ketika melakukan praktikum agar praktikan tidak berbuat gaduh/keramaian sehingga
praktikum lebih berjalan dengan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anthara, I Made Suma dan I Nyoman Suartha.
2011. Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana. ISSN 2085-2495 Vol. 3 (1): 23-37. (Diakses 28 April 2016)
Asrian, Bahar, B., Kardianti, 2014.
Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Gagal Ginjal Di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Periode Januari 2011-Desember 2012. Jurnal Ilmiah Diagnosis Kesehatan. ISSN 2302-1721 Vol. 4(2). (Diakses 28 April 2016)
Campbell, Neil A. 2010. Biologi: Edisi 8, Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Guyton,
Arthur C.1996. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta : EGC.
Oktaviana.Suci, dkk . 2012. Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Ginjal Menggunakan
Metode
Hill Climbing. Jurnal Teknik Informatika.
Vol 1 (1) (Diakses 28 April 2016)
Pearce,
E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Putri, Mustafidah H., 2011. Sistem
Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Hati Menggunakan Metode Forward Chaining (Expert
System for Diagnosing Liver Disease Using Forward Chaining). Jurnal Teknik Informatika. ISSN 2086-9398 Vol. 1(4) (Diakses 28 April 2016)
Ramdhany, Dhany Nugraha, Aziz Kustiyo, Ekowati
Handharyani, dan Agus Buono4. 2007. Diagnosis Gangguan Sistem Urinari Ppda
Anjing dan Kucing Menggunakan Vfi 5. Jurnal
Ilmu Komputer dan Informasi. ISSN 1979 – 0732 Vol. 2 (2):86-94 (Diakses 28 April 2016)
Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syaifuddin.
2011. Anatomi Fisiologi untuk keperawatan . Jakarta:Salamba Medika