PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA BATIK

PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA BATIK

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’ PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA BATIK di JEMBER ” .
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Jember, 10 Mei 2014






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

     Indonesia memiliki budaya yang sudah diakui di seluruh dunia. Salah satunya adalah budaya batik. Batik memiliki keindahan tersendiri. Mulai dari bentuk motifnya, goresan warnanya mengandung banyak arti atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, setiap motif  batik di Indonesia pasti mengangkat ciri khas dari masing – masing daerah. Dan dari beberapa provinsi yang ada di Indonesia ternyata yang paling banyak menyumbang budaya batik adalah provinsi Jawa Timur. Karena tiap – tiap wilayah kabupaten di Jawa Timur memiliki batik. Dibandingkan dari tahun sebelumnya budaya batik semakin meningkat di Indonesia saat ini. Namun, ternyata ada masyarakat yang masih belum tahu batik pada daerahnya sendiri. Tetapi disisi lain ada masyarakat yang mengerti akan budaya batik sayangnya mereka kurang memperdulikannya.
     Misalnya saja pada hari Rabu dan Kamis diwajibkan mengenakan batik. Peraturan tersebut terlihat sia - sia. Hanya sedikit orang yang mematuhinya. Banyak masyarakat yang melanggarnya atau  menghiraukannya. Kemungkinan yang terjadi, tingkat kesadaran dan kepedulian untuk melestarikan budaya batik mereka masih kurang. Seandainya, masyarakat Indonesia serta pemerintahannnya masih saja seperti itu maka akan menyebabkan timbul suatu permasalahan. Seperti yang pernah terjadi pada waktu itu yaitu pengeklaiman budaya. Hampir saja budaya batik Indonesia diakui oleh Negara Tetangga. Dengan upaya pemerintah Indonesia yang berjuang membawa permasalahan ini ke UNESCO, pada akhirnya budaya batik menjadi milik budaya Indonesia secara resmi. Sebenarnya, permasalahan ini tidak seharusnya terjadi apabila seluruh masyarakat Indonesia menjaga budaya asli sendiri. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk melestarikannya, misalnya saja dengan adanya pameran batik secara Nasional. Dari acara tersebut, maka masyarakat akan mengetahui keindahan batik daerah asalnya.

1.2 Rumusan Masalah
    Apa pengertian pembangunan, problematika dan lingkungan sosial budaya ?
    Bagaimana sejarah budaya batik di Indonesiam ?
    Apa problematika budaya batik tembakau yang ada di Jember ?
    Bagaimana cara yang dapat dilakukan dengan adanya batik ini untuk mengangkat pembangunan yang ada di Jember ?
1.3 Tujuan Penulisan
    Untuk mengetahui pengertian dari pembangunan, problematika, dan lingkungan sosial budaya.
    Untuk mengetahui problematika apa saja yang ada di Jember.
    Untuk mengetahui sejarah budaya batik di Indonesia
    Untuk mengetahui solusi yang dapat diambil dalam menangani problematika pembangunan yang ada di Jember.
1.4 Manfaat penulisan
    Kita dapat mengetahui pengertian dari pembangunan, problematika, dan lingkungan sosial budaya.
    Kita dapat mengetahui problematika apa saja yang ada di Jember.
    Kita dapat mengetahui sejarah budaya batik di Indonesia.
    Kita dapat mengetahui solusi yang dapat diambil dalam menangani problematika pembangunan yang ada di Jember.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problematika
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. Sedangkan ahli lain mengatakan menyatakan bahwa "definisi problema/problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu." Berikut ini adalah pengetian dan definisi masalah menurut para ahli :
•    IRMANSYAH EFFENDI
Masalah adalah pelajaran saat anda sadar sebagai kesadaran jiwa, anda dengan mudah dapat melihat kelemahan dan masalah anda

•    ABDUL CHOLIL
Masalah adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah menghadapi masalah, bisa bersumber dari diri sendiri maupun bersumber dari orang lain

•    JEFFEY LIKER
Masalah merupakan peluang untuk perbaikan, kebalikan dari masalah adalah peluang

•    JUJUN SUPARJAN SURIASUMANTRI
Masalah merupakan titik tolak dari seluruh kegiatan keilmuan yang akan dilakukan

•    ISTIJANTO
Masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset, sebab masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari
•    RICHARD CARLSON
Masalah adalah tempat terbaik untuk berlatih agar hati kita tetap terbuka karenamasalah adalah bagian dari kehidupan kita

•    AGUNG WIJAYA
Masalah merupakan suatu keadaan yang tidak seimbang antara harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada

•    MENURUT ILMU BIOLOGI
Masalah merupakan suatu pengertian / makna yang belum kita pahami tentang mengapa gejala benda dan gejala perustiwa di alam ini ada dan bisa terjadi atau mengalami proses serta mempengaruhi kehidupan kita

Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu Tuan Guru (faktor eksternal) maupun dalam upaya pemberdayaan masyarakat Islami secara langsung dalam masyarakat.

2.2  Pengertian Pembangunan
Merupakan suatu upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan sosial (Johan Galtung).
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial berencan, karena meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan san bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Bintiro Tjokroamidjojo). Pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk me¬menuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya peren¬canaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.  Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba¬ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per¬ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasas¬mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan,  antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Selain itu, ada beberapa pendapat tokoh lain yaitu:

•    JOHAN GALTUNG
Pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individuao maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam

•    MAPPADJANTJI AMIEN
Pembangunan adalah proses yang bersifat evolutif, adaptif, dan partisipatif
•    JACOB OETAMA
Pembangunan adalah usaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pembangunan terdapat unsur heroisme, unsur konflik, unsur frustasi, unsur romantik, dan unsur manusiawi yang mendalam

•    MOHAMMAD ALI
Pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia

•    GOULET
Pembangunan adalah sebuah skandal, suatu campuran yang sangat mendua dari baik dan jahat, suatu proses yang benar-benar dialektis

•    BENNY H. HOED
Pembangunan adalah upaya sistematis melepaskan diri dari keterbelakangan dan upaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat

•    THE QUEST FOR POLITICAL DEVELOPMENT
Pembangunan ialah suatu lingkaran yang tidak berkeputusan, tanpa sempadan yang jelas diantara lembaran budaya, sosial, ekonomi, dan politik

•    A. SONNY KERAF
Pembangunan adalah implementasi aspirasi dan kehendak masyarakat demi kepentingan masyarakat

•    DRS. JOKO UNTORO
Pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur ekonomi dan corak kegiatan ekonomi atau usaha meningkatkan pendapatan per kapita

Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka menunjang kesjahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun sosial yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan tanpa merusak lingkungan atau kehidupan sosial. Dan merupakan sebuah tranformasi atau perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang di gerakkan atas tujuan atau strategi yang diinginkan yang berguna untuk peningkatan kualitas manusia dalam mempebaiki kualitas hidupnya.

 2.3 Lingkungan Sosial Budaya
         Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan hidup manusia yang melakukan interaksi dengan sesamanya. lingkungan sosial budaya tidak terlepas dengan lingkungan alam. banyak kerusakan lingkungan alam akibat interaksi antara manusia yang negatif , contohnya peperangan yang mengakibatkan kerusakan alam secara langsung. kerusakan alam yang lainnya seperti longgarnya aturan penegakan hukum bagi perambah hutan dan penjaraah hutan.
Bentuk interaksi sosial yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari hanya dua kelompok besar yaitu bentuk interaksi yang bersifat asosiasif dan yang bersifat disosiasif . Bentuk asosiasif adalah interaksi sosial yang cenderung menimbulkan dampak untuk saling bekerjasama,saling menghargai dan saling memberi dan menerima. Adapun bentuk disosiasif menimbulkan persaingan, pertentangan dan pertikaian.
Bentuk pertentangan bermacam-macam mulai dari pertentangan pribad, pertentangan rasial,pertentangan antar kelas-kelas sosial,pertentangan politik,dan pertentangan yang bersifat internasional. Semua pertentangan menimbulkan keadaan lingkungan sosial yang tidak nyaman
Dalam interaksi dengan lingkungan alam,manusia menempati posisi yang dominan karena manusia dikaruniai kemampuan budaya yang lebih bila dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainya. Dengan kemampuan budayanya itu manusia mampu mengubah permukaan muka bumi Tentu saja setiap kelompok masyarakat memiliki tingkat budayanya masing-masing. Masyarakat yang telah maju dengan teknologi tinggi mampu memanfaatkan lingkungan bagi kemakmuran hidupnya. Kebalikanya,kelompok manusia yang berkemampuan budayanya masih terbatas,pemanfaatan daya lingkungannya juga terbatas.
Manusia menyadari bahwa lingkungan mempunyai interaksi antar komponen dan juga keterbatasan kemampuan ( daya lenting ) lingkungan. Usaha manusia untuk memperpanjang usia lingkungan hidup dikenal dengan penciptaan lingkungan hidup binaan yaitu berusaha membentuk, memodifikasi, atau mengelola lingkungan hidup. Tujuan agar lingkungan hidup dapat normal kembali seperti semula yaitu memiliki keseimbangan ekologi.
Prinsip penciptaan lingkungan hidup binaan misalnya melakukan reboisasi hutan, pengelolaan air limbah agar bersih kembali dan aman jika dibuang ke sungai. Contoh yang sederhana dalam penciptaan lingkungan binaan misalnya penanaman pohon di lingkungan komplek perumahan agar udaranya leebih segar, terlihat asri dan nyaman

Seharusnya manusia terus-menerus melakukan upaya lingkungan binaan. Namun kebanyakan, manusia tidak melakukannya sehingga banyak kerusakan lingkungan di mana-mana. Hutan lebat dibabat seenaknya tanpa memikirkan penanaman kembali. Air bersih dipakai untuk industri tekstil, setelah tercemar air tersebut dibuang ke sungai sehingga mencemari lingkungan.
Kegiatan manusia yang tidak menciptakan lingkungan binaan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan alam. Bagaimana agar tidak rusak, manusia perlu merencanakannya dengan baik setiap akan membangun bangunan atau membuka hutanagar tidak mengganggu kelestarian lingkungan alami. Jika lingkungan binaan manusia tidak mampu mengembalikan keadaan lingkungan alami, lambat laun akan mempengaruhi keadaan sosial lingkungan sosial budaya manusia.
Jadi, lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
 2.3 Sejarah Budaya Batik di Indonesia

Batik telah dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang digunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang  hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia  dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan  ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia  kesatu atau sekitar tahun 1920.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin. Teknik Pembuatan batik ada tiga yaitu:
•    Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
•    Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
•    Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.


Batik sudah mendarah daging di berbagai aspek kehidupan, diantaranya aspek akademik, struktural, ekonomi, estetika, dll. Corak yang ada di dalam batik mengekspresikan budaya daerah. Dikaji dari aspek kesenian, ada beberapa teknik yang digunakan untuk membuat batik itu sendiri. Untuk batik modern dengan printing dan batik tradisional tulis. Banyak sekali macam batik, adapun beberapa batik ada 3 macam yaitu batik lokal, batik nasional dan batik internasional, batik lokal yang ada di jember itu sendiri adalah batik tembakau. Batik tembakau itu, adalah batik khas Jember karena tembakau merupakan salah  satu hasil perkebunan yang terkenal di Jember. Batik ini cukup khas di daerah Jember, karena dengan adanya batik ini, dapat memicu adanya pabrik batik dan pencitraan sosial di Jember itu meningkat. Yang kedua adalah batik nasional yaitu adalah batik yang pada umumnya dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia dan biasanya diperingati setiap tanggal 2 Oktober.
Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Dan pada hari Jum’at tanggal 2 Oktober tahun 2009, Educational Scientific and Culturral Organisation (UNESCO), menetapkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia. Hari yang dinanti – nantikan oleh seluruh penduduk ini pun dijadikan sebagai Hari batik.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya.Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

2.4 Problematika Budaya Batik yang ada di Jember

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.
 agar tidak merusak dan mengganggu lingkungan sekitar. Karena hal ini akan menambah masalah baru dalam lingkungan. Apbila potensinya cukup besar, maka perlu adanya usaha pengelolaan limbah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum. Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase  yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.

Meski prospek batik ini bagus, namun ada beberapa problematika yang menghambat perkembangan batik di Jember, yaitu:
Yang pertama kondisi masyarakat Jember yang kurang mengakomodir seni batik itu sendiri, mengakomodir itu maksudnya adalah lebih peka, lebih memberi perhatian pada seni batik tersebut, sehingga batik itu tetap lestari. Contohnya : di Unej yang seharusnya hari Rabu dan Kamis harus menggunakan batik, namun  aturan ini tidak dijalankan dengan baik. Hal in dikarenakan adalah dari Universitas sendiri yang kurang menghimbau dan mewajibkan tentang hal ini, dan untuk warga Universitas Jember sendiri yang kurang menghargai dan kurang patuh pada hal tersebut. Apabila Kita sadar akan hal ini, maka perlahan- lahan budaya batik akan muncul dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya di Universitas Jember sendiri. Contoh lainnya,seperti pada saat ada undangan acara alangkah baiknya jika kita menggunakan baju batik dalam menghadiri acara tersebut. Agar terdapat ciri khas bangsa Indonesia.
Problematika yang kedua adalah kurangnya promosi batik khas jember itu sendiri di dalam masyarakat ,karena dari masyarakatnya sendiri yang kurang sadar akan pentingnya ciri khas bangsa, seperti batik ini. Peran pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan disini, karena dengan adanya suatu promosi seperti  mengadakan suatu event serba batik di daerah jember maka akan mengangkat kebudayaan batik dan memperkenalkan batik jember di kancah Nasional maupun Internasional.
Selanjutnya adalah tentang hal hak paten. Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli. Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli. Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 1)

Hak Paten adalah hak istimewa yang didapatkan oleh seseorang terhadap suatu penemuan yang telah didaftarkan dan dipatenkan atas nama individu tersebut. Dan hak itu bias digunakan untuk menyebarkan, memberikan lisensi. Terhadap benda tersebut umtuk digunakan secara komersil baik oleh dia, ataupun oleh pihak lain yang diberi lisensi.
Prosedur  paten di dalam negeri disebutkan, bahwa :
1.   Pemohon paten harus memenuhi segala persyaratan.
2.   Dirjen HAKI akan mengumumkannya 18 (delapan belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan paten.
3.   Pengumuman berlangsung selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui apakah ada keberatan atau tidak dari masyarakat.
4.   Jika tahap pengumuman ini terlewati dan permohonan paten diterima, maka pemohon paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak terjadi filling date.
Adapun prosedur pendaftaran yang diberlakukan oleh Dirjen HAKI adalah sebagai berikut :
1.   Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan, dalam Bahasa Indonesia yang kemudian diketik rangkap 4 (empat).
2.   Dalam proses pendaftaran paten ini, pemohon juga wajib melampirkan hal-hal sebagai berikut :
•    Surat Kuasa Khusus, apabila permohonan pendaftaran paten diajukan melalui konsultan Paten terdaftar selaku kuasa;
•    Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang bukan penemu;
•    Deskripsi, klaim, abstrak serta gambar (apabila ada) masing-masing rangkap 3 (tiga);
•    Bukti Prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa Indonesia rangkap 4 (empat) (apabila diajukan dengan Hak Prioritas);
•    Terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan tersebut aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris, dibuat dalam rangkap 2 (dua);
•    Bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- (lima ratus tujuh puluh lima ibu rupiah); dan
•    Bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp. 125.000,- (seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan untuk pemeriksaan substantif Paten Sederhana sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah);
•    Tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 (sepuluh) klaim: Rp. 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per klaim.
3.  Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud diatas ditentukan sebagai berikut :
•    Setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan untuk penulisan dan gambar;
•    Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis yang terpisah dengan ukuran A-4 (29,7 x 21 cm ) dengan berat minimum 80 gram dengan batas : dari pinggir atas 2 cm, dari pinggir bawah 2 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 2cm;
•    Kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar);
•    Setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab pada bagian tengah atas;
•    Pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor baris dan setiap halaman baru merupakan permulaan (awal) nomor dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim;
•    Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna hitam, dengan ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm;
•    Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis dengan tangan atau dilukis;
•    Gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan batas sebagai berikut : dari pinggir atas 2,5 cm, dari pinggir bawah 1 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 1 cm;
•    Seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh, tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang ditempelkan;
•    Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar harus konsisten antara satu dengan lainnya.
4.         Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
Dan berdasarkan penjelasan diatas, setelah terdaftarnya hak paten atas nama inventornya, maka menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemegang paten, dan hak eksklusif yang akan diperoleh pemegang paten adalah hak untuk melaksanakan sendiri hak paten yang dimilikinya, memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain dan hak untuk melarang orang lain untuk melaksanakan patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten.
Dengan berbagai langkah yang menyulitkan dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit hampir sekitar satu barang saja, misalnya corak batik, 1 corak saja produsen atau seniman yang membuat batik harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, kurang lebih 5 juta rupiah per coraknya, ditambah prosedur yang sangat sulit. sehingga, banyak produsen yang menciptakan karyanya tanpa hak paten, akibatnya, banyak sekali terjadi kasus pengklaiman karya, tidak hanya dalam negeri maupun di luar negeri.
SDM manusia yang terlalu tergantung kepada pemerintah, yang selalu mengharap bantuan dan bimbingan dari pemerintah, sehingga industri batik tersebut tidak dapat berkembang.Kita, sebagai masyarakat harusnya jangan selalu menunggu perintah, menunggu bantuan materi ataupun jasmani dari pemerintah. Kita harus menjadi masyarakat yang bisa mandiri, yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya, adalah mendirikan suatu industri batik yang sesuai dengan ciri khas daerah kita sendiri. Dengan hal ini, kita dapat membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar industri kita, serta dapat mendatangkan devisa bagi negara.
Problematika yang terakhir adalah terkait tentang limbah industri batik yang tidak terorganisir dengan baik, sehingga membuat pencemaran pada lingkungan sekitar.  Limbah itu sendiri adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dariproses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Sehingga apabila kita tidak mengorganisir limbah dengan baik, dapat membuat industri kita terhambat.
Selain itu, ada beberapa faktor penghambat dan pendorong sosial dari masyarakat dalam melestarikan budaya batik di Jember ini, antara lain:
1.    Faktor Pendorong
    Intensitas hubungan / kontak dengan kebudayaan lain.
    Tingkat pendidikan yang maju.
    Sikap terbuka dari masyarakat.
    Sikap ingin berkembangan dan maju dari masyarakat.
2.    Faktor Penghambat
    Kurangnya hubungan denganrhadap  masyarakat luar.
    Perkembangan pendidikan yang lambat.
    Sikap yang kuat dari masyarakat trari masyarakatdisi yang dimiliki.
    Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan ( pro kemapanan).
    Cenderung menolak hal – hal baru



2.5 Solusi untuk Budaya Batik yang ada di Jember

Menurut Prof. Dr. Wahju Subhan Solusinya dengan memasukkan batik sebagai integral bagian masyarakat. Maksudnya adalah batik itu digunakan dalam bagian acara dalam masyarakat luas baik acara santai maupun penting seperti pernikahan, seminar dll.
Kita juga jarus mengembangkan motif batik dengan mengkombinasikan corak- corak yang menggambarkan khas daerah itu sendiri dengan fashion modern. Jadi disini batik harus bersifat fleksibel, tidak hanya dianggap sebagai seni kuno tetapi juga seni yang dapat mengikuti perkembangan zaman modern ini.
    Pemerintah dan masyarakat harus gencar dalam mempromosilkan batik. Seperti event JFC “Jember Fashion Carnival” dimana harusnya didalmnya diperkenalkan batik-batik yang memiliki corak khas daerah jember seperti corak tembakau, kopi, kakao, dan idamami. Lewat event JFC ini jember tidak perlu memperkenalkan dua kali, karena selain memperkenalkan batik pada lokal, namun juga nasional maupun internasional, karena JFC ini merupakan ajang internasional.
    Adanya penerapan teknologi canggih untuk pembuatan batik itu sendiri. Selain dengan menggunakan tenaga tradisional, diperlukan juga adanya teknologi untuk mengefisienkan dan mempercepat proses pembuatan batik, namun jangan sampai mengurangi ciri khas pada batik itu sendiri.
    Masyarakat dalam berwirausaha batik, jangan selelu bergantung pada bantuan pemerintah. Mereka harus lebih mandiri dan kreatif agar industri batik itu dapat berkembang dan besar, Jangan tunggu bantuan dari pemerintah, namun kita juga harus memberikan kontribusi pada pemerintah.
    Pemerintah juga seharusnya lebih memudahkan tentang hal hak paten, agar para seniman batik dapat lebih mudah menunjukkan karyanya dengan aman dan untuk menghindari pengklaiman oleh orang lain.Serta pemerintah mendukung karya cipta hasil kekreatifan mereka dengan memudahkan bahkan mematenkan setiap karya mereka, guna meminimalisir hal tersebut terjadi. Dan semakin banyak menumbuhkan karya-karya anak bangsa yang menambah kekayaan bangsa. Pemerintah juga harus memberi sarana prasarana yang memadai bagi masyarakat.
    Limbah hasil industri batik, haruslah diolah dan disaring zat-zat yang mengandung kimianya,

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara Indonesia perlu adanya perlindungan untuk budaya daerah Nusantara dari sabang sampai merauke. Kesadaran masyarakat sangat berperan penting dalam pelestarian budaya dan pembangunan lingkungan sosial budaya. Karena dengan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia yang tinggi akan betapa pentingnya budaya, maka masing – masing orang yang berada di daerah berbeda dapat menjaganya dari oknum Negara tetangga yang berusaha mengklaim budaya kita.
Selain itu, pendidikan karakter mengenai sosial budaya seharusnya ditanamkan oleh generasi penerus bangsa. Lebih memperkenalkan kepada anak – anak sejak dini tentang budaya yang ada di Indonesia. Terutama budaya batik. Seperti batik tembakau khas daerah Jember. Karena dengan begitu batik akan lebih terkenal di berbagai kalangan masyarakat. Dari segi ekonomi penghasilan mereka bertambah. Kemudian dilihat dari segi pembangunan yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan. Sehinggga mengurangi  jumlah angka pengangguran. Jadi, tidak hanya tergantung dengan pemerintah saja. Masyarakat harus lebih kreatif dalam rangka pembangunan lingkungan sosial budaya ini. Agar semakin berkembang budaya daerah Jember sekaligus di Indonesia pula. Pemerintah pun seharusnya lebih peka dalam melestarikan budaya yang berada di masing – masing daerah yang ada di Indonesia.



Daftar Pustaka

Achjadi, J. (Ed), 1999, Batik: Spirit of Indonesia, Jawa Barat : Yayasan Batik Indonesia
Anggraeni, J., 2010, “Bangsa Ini Telah Mengalami Tsunami Budaya” dalam Majalah Femina, Jakarta : PT Gaya Favorit Press,
Anonim, 2010  “Kisah Sehelai Batik”, Bonus Majalah Femina Edisi Tahunan.
Anonim, 1999, Majalah Batik Indonesia Sekar Jagad Nomor 1/Tahun I – Agustus 1999,. Yogyakarta
Anonim,2000, Majalah Batik Indonesia Sekar Jagad Nomor 3/Tahun I – Oktober 2000,Yogyakarta.
Anonim, 2001, Majalah Batik Indonesia Sekar Jagad Nomor 5/Tahun II – November 2001,Yogyakarta
Asikin, S., 2008, Ungkapan Batik di Semarang: Motif Batik Semarang 16, , Semarang. : Cipta Prima Nusantara Semarang
Atmojo, H., 2008, Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik, Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Condronegoro, M.S., 1995, Busana Adat Kraton Yogyakarta, Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Djoemena, N.S., 1990, Ungkapan Sehelai Batik: Its Mystery and Meaning,, Jakarta : Djambatan
Djumena, N.S., 1990, Batik dan Mitra,  Jakarta : Djambatan
Doellah, S., 2002, Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungannya, Surakarta : Danar Hadi






                                                                                                    



animasi bergerak gif